Tampilkan postingan dengan label Hadits. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hadits. Tampilkan semua postingan

Jumat, 28 Maret 2014

Pertanyaa Hadits: Barangsiapa mengenal dirinya, maka sungguh ia telah mengenal Tuhannya

Photo: ‎Akhi benarkah Hadist ini Shohih "Barangsiapa mengenal dirinya, maka sungguh ia telah mengenal Tuhannya" (Al Hadits) Mohon pejelasannya. Syukron

Dengan Nama Allaah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang 

Saudaraku Hadits tersebut sudah tersebar di tengah masyarakat dan saudara-saudara kaum muslimin, sebuah perkataan masyhur yang dinisbatkan kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam :

مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ

“Barangsiapa mengenal dirinya, maka sungguh ia telah mengenal Tuhannya.”

(Barangsiapa Mengenal Dirinya, Maka Sungguh Ia Telah Mengenal Tuhannya : Hadits Palsu dan Tidak Ada Asal-Usulnya).

Saking masyhurnya perkataan ini bahkan beberapa saudara kami menjadikannya hujjah tanpa mempedulikan apakah perkataan ini punya sanad ataukah shahih, dha’if atau malah palsu. Karena tidaklah sebuah perkataan itu dinisbatkan pada hadits marfuu’ hingga Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam melainkan ia ternukil dengan sanad yang jelas dan dapat diselidiki shahih tidaknya.

Para ‘aalim ulama Rabbaniy yang Allah Ta’ala telah karuniakan ilmu dan bashirah kepada mereka telah mengomentari perkataan ini.

قَالَ ابْنُ تَيْمِيَّةَ: مَوْضُوعٌ

Ibnu Taimiyyah berkata, “Maudhuu’.”

وَقَالَ السَّمْعَانِيُّ: إِنَّهُ لَا يُعْرَفُ مَرْفُوعًا، وَإِنَّمَا يُحْكَى عَنْ يَحْيَى بْنِ مُعَاذٍ الرَّازِيِّ مِنْ قَوْلِهِ

As-Sam’aaniy berkata, “Sesungguhnya hadits ini tidak diketahui marfuu’ (hingga Rasulullah), melainkan ia dihikayatkan dari perkataan Yahyaa bin Mu’aadz Ar-Raaziy.”

وَقَالَ النَّوَوِيُّ: إِنَّهُ لَيْسَ بِثَابِتٍ، يَعْنِي عَنِ النَّبِيِّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ

An-Nawawiy berkata, “Sesungguhnya hadits ini tidak tsabit, yakni dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam.”

وقال العلامة الفيروزأبادي: ليس من الأحاديث النبوية، على أن أكثر الناس يجعلونه حديثا عن النبي صلى الله عليه وسلم، ولا يصح أصلا، وإنما يروي في الإسرائيليات : يا إنسان، اعرف نفسك فتعرف ربك. انتهى كلام الشيخ الألباني

Al-’Allaamah Al-Fairuuz Abaadiy berkata, “Tidak berasal dari hadits-hadits Nabawiy, (namun) banyak manusia yang menjadikannya hadits (yang dinisbatkan) dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, tidak shahih asal-usulnya, melainkan ia diriwayatkan dari perkataan Israa’iiliyat : Wahai manusia, kenalilah dirimu maka kau akan mengenal Tuhanmu.” Selesai kalam Syaikh Al-Albaaniy dalam Adh-Dha’iifah 1/166.

Dalam Hilyatul Auliyaa’ 10/208, perkataan ini juga dihikayatkan dari perkataan Sahl bin ‘Abdillaah At-Tustariy dan dinukil tanpa sanad :

وَسُئِلَ سَهْلٌ: عَنْ قَوْلِهِ: مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ، قَالَ: ” مَنْ عَرَّفَ نَفْسَهُ لِرَبِّهِ عَرَّفَ رَبَّهُ لِنَفْسِهِ

Sahl ditanya mengenai perkataannya, “Barangsiapa mengenal dirinya maka sungguh ia telah mengenal Tuhannya.” Sahl berkata, “Barangsiapa mengenal dirinya melalui Tuhannya, (maka ia telah) mengenal Tuhannya melalui dirinya.”

Ibnu Hajar Al-Haitamiy Al-Makkiy dalam Fataawaa-nya 1/677 telah ditanya mengenai perkataan ini :

لا أصل له ، وإنما يحكى من كلام يحيى بن معاذ الرازي الصوفي ، ومعناه : من عرف نفسه بالعجز والافتقار والتقصير والذلة والانكسار عرف ربه بصفات الجلالة، والجمالة على ما ينبغي لهما

“Tidak ada asal-usulnya, melainkan ia dihikayatkan dari kalam Yahyaa bin Mu’aadz Ar-Raaziy Ash-Shuufiy, maknanya adalah barangsiapa mengenal dirinya dengan kelemahan, kefakiran, kekurangan, kehinaan dan kerapuhan, (maka ia telah) mengenal Tuhannya dengan shifat keagungan-Nya dan keindahan-Nya atas apa yang diharuskan ada pada keduanya.”

Tanbiihaat :

Kesimpulannya perkataan ini palsu, tidak ada asal-usulnya dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, bahkan ketika perkataan ini dinisbatkan kepada seseorang pun ia hanya ternukil dengan sighat “dihikayatkan”, suatu sighat yang menyatakan bentuk ketidakjelasan dan ketidakpastian akan sesuatu, bahkan Al-Fairuuz Abaadiy menukil bahwasanya perkataan ini berasal dari hikayat Israa’iiliyat. Cukuplah bagi kita peringatan dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam berikut ini :

قَالَ مَنْ تَعَمَّدَ عَلَيَّ كَذِبًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

Beliau bersabda, “Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya ia persiapkan tempat duduknya dari neraka.”
[Shahiih Muslim 1/10, Muqaddimah, Muhammad Fu'aad 'Abdul Baaqiy]

Oleh karena itu kami menghimbau agar para da’i dan penceramah stop menyebarkan perkataan ini dalam ceramah dan dakwah mereka dan menisbatkannya pada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam.

“Ya akhi, lalu bagaimana hadits shahihnya? Beri kami solusi, jangan asal main vonis saja.”

“Tenang akhi, cukuplah bagi kita hadits shahih ini yang kita sebarkan dalam dakwah dan ceramah-ceramah kita.” Yaitu hadits :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حَيْثُ يَذْكُرُنِي وَاللَّهِ لَلَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ يَجِدُ ضَالَّتَهُ بِالْفَلَاةِ وَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِذَا أَقْبَلَ إِلَيَّ يَمْشِي أَقْبَلْتُ إِلَيْهِ أُهَرْوِلُ

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, bahwasanya beliau bersabda, “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Aku sesuai persangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya ketika dia mengingatKu. Demi Allah, Allah Ta’ala sangat gembira menerima taubat seseorang dari kalian, melebihi kegembiraan seseorang yang menemukan kembali barangnya yang hilang di suatu tempat yang luas. Barangsiapa mendekat kepadaKu sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Apabila ia mendekat kepadaKu sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa. Apabila ia datang kepadaKu dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.”
[Shahiih Muslim no. 2744 dan ini lafazhnya; Shahiih Al-Bukhaariy no. 7536]

Semoga bermanfaat.

Wallaahu a’lam.

Maraji’ :

“Al-Asraar Al-Marfuu’ah fil Akhbaar Al-Maudhuu’ah Al-Ma’ruuf bi Al-Maudhuu’aatil Kubraa“, karya Syaikh Mullaa ‘Aliy Al-Qaariy, Al-Maktab Al-Islaamiy, cetakan kedua.

“Silsilatu Adh-Dha’iifah wal Maudhuu’ah“, karya Syaikh Muhammad Naashiruddiin Al-Albaaniy, Maktabah Al-Ma’aarif, Riyaadh, cetakan pertama.

_______

Dipublish oleh : Abu Hasan‎Akhi benarkah Hadist ini Shohih "Barangsiapa mengenal dirinya, maka sungguh ia telah mengenal Tuhannya" (Al Hadits) Mohon pejelasannya. Syukron

Dengan Nama Allaah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Saudaraku Hadits tersebut sudah tersebar di tengah masyarakat dan saudara-saudara kaum muslimin, sebuah perkataan masyhur yang dinisbatkan kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam :

مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ

“Barangsiapa mengenal dirinya, maka sungguh ia telah mengenal Tuhannya.”

(Barangsiapa Mengenal Dirinya, Maka Sungguh Ia Telah Mengenal Tuhannya : Hadits Palsu dan Tidak Ada Asal-Usulnya).

Saking masyhurnya perkataan ini bahkan beberapa saudara kami menjadikannya hujjah tanpa mempedulikan apakah perkataan ini punya sanad ataukah shahih, dha’if atau malah palsu. Karena tidaklah sebuah perkataan itu dinisbatkan pada hadits marfuu’ hingga Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam melainkan ia ternukil dengan sanad yang jelas dan dapat diselidiki shahih tidaknya.

Para ‘aalim ulama Rabbaniy yang Allah Ta’ala telah karuniakan ilmu dan bashirah kepada mereka telah mengomentari perkataan ini.

قَالَ ابْنُ تَيْمِيَّةَ: مَوْضُوعٌ

Ibnu Taimiyyah berkata, “Maudhuu’.”

وَقَالَ السَّمْعَانِيُّ: إِنَّهُ لَا يُعْرَفُ مَرْفُوعًا، وَإِنَّمَا يُحْكَى عَنْ يَحْيَى بْنِ مُعَاذٍ الرَّازِيِّ مِنْ قَوْلِهِ

As-Sam’aaniy berkata, “Sesungguhnya hadits ini tidak diketahui marfuu’ (hingga Rasulullah), melainkan ia dihikayatkan dari perkataan Yahyaa bin Mu’aadz Ar-Raaziy.”

وَقَالَ النَّوَوِيُّ: إِنَّهُ لَيْسَ بِثَابِتٍ، يَعْنِي عَنِ النَّبِيِّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ

An-Nawawiy berkata, “Sesungguhnya hadits ini tidak tsabit, yakni dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam.”

وقال العلامة الفيروزأبادي: ليس من الأحاديث النبوية، على أن أكثر الناس يجعلونه حديثا عن النبي صلى الله عليه وسلم، ولا يصح أصلا، وإنما يروي في الإسرائيليات : يا إنسان، اعرف نفسك فتعرف ربك. انتهى كلام الشيخ الألباني

Al-’Allaamah Al-Fairuuz Abaadiy berkata, “Tidak berasal dari hadits-hadits Nabawiy, (namun) banyak manusia yang menjadikannya hadits (yang dinisbatkan) dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, tidak shahih asal-usulnya, melainkan ia diriwayatkan dari perkataan Israa’iiliyat : Wahai manusia, kenalilah dirimu maka kau akan mengenal Tuhanmu.” Selesai kalam Syaikh Al-Albaaniy dalam Adh-Dha’iifah 1/166.

Dalam Hilyatul Auliyaa’ 10/208, perkataan ini juga dihikayatkan dari perkataan Sahl bin ‘Abdillaah At-Tustariy dan dinukil tanpa sanad :

وَسُئِلَ سَهْلٌ: عَنْ قَوْلِهِ: مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ، قَالَ: ” مَنْ عَرَّفَ نَفْسَهُ لِرَبِّهِ عَرَّفَ رَبَّهُ لِنَفْسِهِ

Sahl ditanya mengenai perkataannya, “Barangsiapa mengenal dirinya maka sungguh ia telah mengenal Tuhannya.” Sahl berkata, “Barangsiapa mengenal dirinya melalui Tuhannya, (maka ia telah) mengenal Tuhannya melalui dirinya.”

Ibnu Hajar Al-Haitamiy Al-Makkiy dalam Fataawaa-nya 1/677 telah ditanya mengenai perkataan ini :

لا أصل له ، وإنما يحكى من كلام يحيى بن معاذ الرازي الصوفي ، ومعناه : من عرف نفسه بالعجز والافتقار والتقصير والذلة والانكسار عرف ربه بصفات الجلالة، والجمالة على ما ينبغي لهما

“Tidak ada asal-usulnya, melainkan ia dihikayatkan dari kalam Yahyaa bin Mu’aadz Ar-Raaziy Ash-Shuufiy, maknanya adalah barangsiapa mengenal dirinya dengan kelemahan, kefakiran, kekurangan, kehinaan dan kerapuhan, (maka ia telah) mengenal Tuhannya dengan shifat keagungan-Nya dan keindahan-Nya atas apa yang diharuskan ada pada keduanya.”

Tanbiihaat :

Kesimpulannya perkataan ini palsu, tidak ada asal-usulnya dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, bahkan ketika perkataan ini dinisbatkan kepada seseorang pun ia hanya ternukil dengan sighat “dihikayatkan”, suatu sighat yang menyatakan bentuk ketidakjelasan dan ketidakpastian akan sesuatu, bahkan Al-Fairuuz Abaadiy menukil bahwasanya perkataan ini berasal dari hikayat Israa’iiliyat. Cukuplah bagi kita peringatan dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam berikut ini :

قَالَ مَنْ تَعَمَّدَ عَلَيَّ كَذِبًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

Beliau bersabda, “Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya ia persiapkan tempat duduknya dari neraka.”
[Shahiih Muslim 1/10, Muqaddimah, Muhammad Fu'aad 'Abdul Baaqiy]

Oleh karena itu kami menghimbau agar para da’i dan penceramah stop menyebarkan perkataan ini dalam ceramah dan dakwah mereka dan menisbatkannya pada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam.

“Ya akhi, lalu bagaimana hadits shahihnya? Beri kami solusi, jangan asal main vonis saja.”

“Tenang akhi, cukuplah bagi kita hadits shahih ini yang kita sebarkan dalam dakwah dan ceramah-ceramah kita.” Yaitu hadits :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حَيْثُ يَذْكُرُنِي وَاللَّهِ لَلَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ يَجِدُ ضَالَّتَهُ بِالْفَلَاةِ وَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِذَا أَقْبَلَ إِلَيَّ يَمْشِي أَقْبَلْتُ إِلَيْهِ أُهَرْوِلُ

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, bahwasanya beliau bersabda, “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Aku sesuai persangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya ketika dia mengingatKu. Demi Allah, Allah Ta’ala sangat gembira menerima taubat seseorang dari kalian, melebihi kegembiraan seseorang yang menemukan kembali barangnya yang hilang di suatu tempat yang luas. Barangsiapa mendekat kepadaKu sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Apabila ia mendekat kepadaKu sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa. Apabila ia datang kepadaKu dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.”
[Shahiih Muslim no. 2744 dan ini lafazhnya; Shahiih Al-Bukhaariy no. 7536]

Semoga bermanfaat.

Wallaahu a’lam.

Maraji’ :

“Al-Asraar Al-Marfuu’ah fil Akhbaar Al-Maudhuu’ah Al-Ma’ruuf bi Al-Maudhuu’aatil Kubraa“, karya Syaikh Mullaa ‘Aliy Al-Qaariy, Al-Maktab Al-Islaamiy, cetakan kedua.

“Silsilatu Adh-Dha’iifah wal Maudhuu’ah“, karya Syaikh Muhammad Naashiruddiin Al-Albaaniy, Maktabah Al-Ma’aarif, Riyaadh, cetakan pertama.

_______

Dipublish oleh : Abu Hasan

Kamis, 27 Februari 2014

Hadits Arbain Nawawi

Hadits Arbain Nawawi

HADITS PERTAMA

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .
[رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]

Arti Hadits / ترجمة الحديث :
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.
(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang).

Catatan :
Hadits ini merupakan salah satu dari hadits-hadits yang menjadi inti ajaran Islam. Imam Ahmad dan Imam Syafi’i berkata : Dalam hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu dari ketiganya. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa dia berkata : Hadits ini mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh. Sejumlah ulama bahkan ada yang berkata : Hadits ini merupakan sepertiga Islam.

Hadits ini ada sebabnya (asbabul wurud), yaitu: ada seseorang yang ikut berhijrah dari Makkah ke Madinah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama : “Ummu Qays” bukan untuk mendapatkan keutamaan hijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan “Muhajir Ummi Qays” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais).

Pelajaran yang terdapat dalam Hadits / الفوائد من الحديث :
Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala).
Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan dimulai dari hati, diucapkan dengan lisan lebih utama.

Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta’ala dituntut pada semua amal shalih dan ibadah.
Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya.
Semua perbuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhoan Allah maka dia akan bernilai ibadah.

Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat.
Hadits di atas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.

Hijrah adalah kewajiban apabila kita berada di negeri kufur untuk pindah ke negeri yang salim. Demikian agar menjamin kita dapat melaksanakan perintah2 Allah dengan sempurna
_____________________________________________________________________________________________________________________________________
HADITS KEDUA

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ .
[رواه مسلم]

Arti hadits / ترجمة الحديث :
Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “.

(Riwayat Muslim)

Catatan :
Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan.
Hadits ini mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah yang terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan makhluk di langit/Jibril) dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah)

Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan kebersihan, khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa.
Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya.
Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya untuk berkata: “Saya tidak tahu“, dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya.

Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia.
Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hambanya.
Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya sepanjang tidak ada kebutuhan.
Didalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah ta’ala.
Didalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis ilmu.
______________________________________________________________________________________________________
HADITS KETIGA

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ.[رواه الترمذي ومسلم ]

Terjemah hadits / ترجمة الحديث :Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khottob radiallahuanhuma dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan. (Riwayat Turmuzi dan Muslim)

Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyamakan Islam dengan bangunan yang kokoh dan tegak diatas tiang-tiang yang mantap.Pernyataan tentang keesaan Allah dan keberadaannya, membenarkan kenabian Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam, merupakan hal yang paling mendasar dibanding rukun-rukun yang lainnya.Selalu menegakkan shalat dan menunaikannya secara sempurna dengan syarat rukunnya, adab-adabnya dan sunnah-sunnahnya agar dapat memberikan buahnya dalam diri seorang muslim yaitu meninggalkan perbuatan keji dan munkar karena shalat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar.Wajib mengeluarkan zakat dari harta orang kaya yang syarat-syarat wajibnya zakat sudah ada pada mereka lalu memberikannya kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan.Wajibnya menunaikan ibadah haji dan puasa (Ramadhan) bagi setiap muslim.

Adanya keterkaitan rukun Islam satu sama lain. Siapa yang mengingkarinya maka dia bukan seorang muslim berdasarkan ijma’.Nash diatas menunjukkan bahwa rukun Islam ada lima, dan masih banyak lagi perkara lain yang penting dalam Islam yang tidak ditunjukkan dalam hadits. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“ Iman itu terdapat tujuh puluh lebih cabang “
Islam adalah aqidah dan amal perbuatan. Tidak bermanfaat amal tanpa iman demikian juga tidak bermanfaat iman tanpa amal .
___________________________________________________________________________________________
HADITS KEEMPAT

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا
[رواه البخاري ومسلم]

Terjemah Hadits / ترجمة الحديث :
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan : Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga.
(Riwayat Bukhori dan Muslim).

Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Allah ta’ala mengetahui tentang keadaan makhluknya sebelum mereka diciptakan dan apa yang akan mereka alami, termasuk masalah kebahagiaan dan kecelakaan.

2. Tidak mungkin bagi manusia di dunia ini untuk memutuskan bahwa dirinya masuk surga atau neraka, akan tetapi amal perbutan merupakan sebab untuk memasuki keduanya.

3. Amal perbuatan dinilai di akhirnya. Maka hendaklah manusia tidak terpedaya dengan kondisinya saat ini, justru harus selalu mohon kepada Allah agar diberi keteguhan dan akhir yang baik (husnul khotimah).
4. Disunnahkan bersumpah untuk mendatangkan kemantapan sebuah perkara dalam jiwa.

5. Tenang dalam masalah rizki dan qanaah (menerima) dengan mengambil sebab-sebab serta tidak terlalu mengejar-ngejarnya dan mencurahkan hatinya karenanya.

6. Kehidupan ada di tangan Allah. Seseorang tidak akan mati kecuali dia telah menyempurnakan umurnya.

7. Sebagian ulama dan orang bijak berkata bahwa dijadikannya pertumbuhan janin manusia dalam kandungan secara berangsur-angsur adalah sebagai rasa belas kasih terhadap ibu. Karena sesungguhnya Allah mampu menciptakannya sekaligus.
__________________________________________________________________________________________
HADITS KELIMA

عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. [رواه البخاري ومسلم وفي رواية لمسلم : مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ ]

Terjemah hadits / ترجمة الحديث :
Dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah radhiallahuanha dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya), maka dia tertolak. (Riwayat Bukhori dan Muslim), dalam riwayat Muslim disebutkan: siapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak.

Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث :
1. Setiap perbuatan ibadah yang tidak bersandar pada dalil syar’i ditolak dari pelakunya.
2. Larangan dari perbuatan bid’ah yang buruk berdasarkan syari’at.
3. Islam adalah agama yang berdasarkan ittiba’ (mengikuti berdasarkan dalil) bukan ibtida’ (mengada-adakan sesuatu tanpa dalil) dan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam telah berusaha menjaganya dari sikap yang berlebih-lebihan dan mengada-ada.
4. Agama Islam adalah agama yang sempurna tidak ada kurangnya.

Sumber

Postingan Lama Beranda