Oleh:Ustadz Abu Isma’il Muslim Al-Atsari
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ
الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ
الْغُرُورِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan
sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka
sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan. [Ali Imrân/3:185]
Allâh Azza wa
Jalla memberikan pemberitaan umum kepada seluruh makhluk, bahwa setiap
jiwa akan merasakan kematian. Hanya Allâh Yang Maha Hidup, tidak akan
mati. Adapun jin, manusia, malaikat, semua akan mati.
Kematian
merupakan hakekat yang menakutkan. Dia akan mendatangi seluruh orang
yang hidup dan tidak ada yang kuasa menolak maupun menahannya. Maut
merupakan ketetapan Allâh Azza wa Jalla . Ini adalah hakekat yang sudah
diketahui. Maka sepantasnya kita bersiap diri menghadapinya dengan iman
sejati dan amal shalih yang murni.
Di dalam tulisan ini insya
Allah akan kami sampaikan beberapa peristiwa yang terjadi di alam kubur
sehingga menjadikan kita lebih waspada dalam menjalani kehidupan dunia
ini agar selamat di alam kubur.
ALAM KUBUR MENAKUTKAN
Hani’
Radhiyallahu anhu , bekas budak Utsmân bin Affân Radhiyallahu anhu ,
berkata, "Kebiasaan Utsman Radhiyallahu anhu jika berhenti di sebuah
kuburan, beliau menangis sampai membasahi janggutnya. Lalu beliau
Radhiyallahu anhu ditanya, ‘Disebutkan tentang surga dan neraka tetapi
engkau tidak menangis. Namun engkau menangis dengan sebab ini (melihat
kubur), (Mengapa demikian?)’ Beliau, ‘Sesungguhnya Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, (yang artinya) ‘Kubur adalah
persinggahan pertama dari (persinggahan-persinggahan) akhirat. Bila
seseorang selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih mudah
darinya; bila seseorang tidak selamat dari (keburukan)nya, maka
setelahnya lebih berat darinya.’ Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam juga bersabda, ‘Aku tidak melihat suatu pemandangan pun yang
lebih menakutkan daripada kubur.’” [HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Mâjah;
dihasankan oleh syaikh al-Albâni]
Karena fase setelah kubur lebih
mudah bagi yang selamat, maka ketika melihat surga yang disiapkan Allâh
Azza wa Jalla dalam kuburnya, seorang Mukmin mengatakan, “Ya Rabb,
segerakanlah kiamat agar aku kembali ke keluarga dan hartaku.”
Sebaliknya, orang-orang kafir, ketika melihat adzab pedih yang disiapkan
Allâh Azza wa Jalla baginya, ia berseru, “Ya Rabb, jangan kau datangkan
kiamat.” Karena yang akan datang setelahnya lebih pedih siksanya dan
lebih menakutkan.
GELAPNYA ALAM KUBUR
Hal iniditunjukkan oleh hadits shahih :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ امْرَأَةً سَوْدَاءَ كَانَتْ تَقُمُّ
الْمَسْجِدَ - أَوْ شَابًّا - فَفَقَدَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَ عَنْهَا - أَوْ عَنْهُ - فَقَالُوا مَاتَ.
قَالَ « أَفَلاَ كُنْتُمْ آذَنْتُمُونِى ». قَالَ فَكَأَنَّهُمْ صَغَّرُوا
أَمْرَهَا - أَوْ أَمْرَهُ - فَقَالَ « دُلُّونِى عَلَى قَبْرِهِ ».
فَدَلُّوهُ فَصَلَّى عَلَيْهَا ثُمَّ قَالَ « إِنَّ هَذِهِ الْقُبُورَ
مَمْلُوءَةٌ ظُلْمَةً عَلَى أَهْلِهَا وَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ
يُنَوِّرُهَا لَهُمْ بِصَلاَتِى عَلَيْهِمْ ».
Dari sahabat Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa seorang wanita hitam -atau seorang
pemuda- biasa menyapu masjid Nabawi pada masa Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam . Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak
mendapatinya sehingga beliau n menanyakannya. Para sahabat menjawab,
‘Dia telah meninggal’. Beliau n berkata, ‘Kenapa kalian tidak
memberitahukan kepadaku?’ Abu Hurairah berkata, ‘Seolah-olah mereka
meremehkan urusannya’. Beliau n bersabda, ‘Tunjukkan kuburnya kepadaku’.
Lalu mereka menunjukkannya, beliau pun kemudian menyalati wanita itu,
lalu bersabda, “Sesungguhnya kuburan-kuburan ini dipenuhi kegelapan bagi
para penghuninya, dan sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta’ala
menyinarinya bagi mereka dengan shalatku terhadap mereka.” [HR. Bukhari,
Muslim, dll]
HIMPITAN ALAM KUBUR
Setelah mayit diletakkan di
dalam kubur, maka kubur akan menghimpit dan menjepit dirinya. Tidak
seorang pun yang dapat selamat dari himpitannya. Beberapa hadits
menerangkan bahwa kubur menghimpit Sa’ad bin Muadz Radhiyallahu anhu ,
padahal kematiannya membuat ‘arsy bergerak, pintu-pintu langit terbuka,
serta malaikat sebanyak tujuh puluh ribu menyaksikannya. Dalam Sunan
an-Nasâ’i diriwayatkan dari Ibn Umar Radhiyallahu anhuma bahwa
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
هَذَا
الَّذِى تَحَرَّكَ لَهُ الْعَرْشُ وَفُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ
وَشَهِدَهُ سَبْعُونَ أَلْفًا مِنَ الْمَلاَئِكَةِ لَقَدْ ضُمَّ ضَمَّةً
ثُمَّ فُرِّجَ عَنْهُ
Inilah yang membuat ‘arsy bergerak,
pintu-pintu langit dibuka, dan disaksikan oleh tujuh puluh ribu
malaikat. Sungguh ia dihimpit dan dijepit (oleh kubur), akan tetapi
kemudian dibebaskan.” [Dishahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah ;
Lihat Misykâtul Mashâbîh 1/49; Silsilah ash-Shahîhah, no. 1695]
Dalam Musnad Ahmad diriwayatkan dari ‘Aisyah bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ لِلْقَبْرِ ضَغْطَةً وَلَوْ كَانَ أَحَدٌ نَاجِياً مِنْهَا نَجَا مِنْهَا سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ
Sesungguhnya kubur memiliki himpitan yang bila seseorang selamat
darinya, maka (tentu) Saad bin Muâdz telah selamat. [HR. Ahmad, no.
25015; 25400; Dishahihkan oleh Syaikh al-Albâni di dalam Shahîhul Jâmi’
2/236]
Himpitan kubur in akan menimpa semua orang, termasuk anak kecil. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
لَوْ أَفْلَتَ أَحَدٌ مِنْ ضَمَّةِ الْقَبْرِ لَنَجَا هَذَا الصَّبِيُّ
Seandainya ada seseorang selamat dari himpitan kubur, maka bocah ini
pasti selamat [Mu'jam ath-Thabrani dari Abu Ayyub Radhiyallahu anhu
dengan sanad shahih dan riwayat ini dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani
rahimahullah dalam Shahihul Jâmi, 5/56]
FITNAH (UJIAN) KUBUR
Jika seorang hamba telah diletakkan di dalam kubur, dua malaikat akan
mendatanginya dan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Inilah yang dimaksud
dengan fitnah (ujian) kubur. Dalam hadits shahih riwayat Imam Ahmad
rahimahullah dari sahabat al-Barro bin ‘Azib Radhiyallahu anhu ,
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
فَيَأْتِيهِ
مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ:فَيَقُولَانِ لَهُ : مَنْ رَبُّكَ ؟ فَيَقُولُ:
رَبِّيَ اللَّهُ فَيَقُولَانِ لَهُ : مَا دِينُكَ ؟ فَيَقُولُ: دِينِيَ
الْإِسْلَامُ فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ
فِيكُمْ ؟ فَيَقُولُ هُوَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَيَقُولَانِ لَهُ : وَمَا يُدْرِيْكَ ؟ فَيَقُولُ: قَرَأْتُ
كِتَابَ اللَّهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ فَيُنَادِي مُنَادٍ فِي
السَّمَاءِ: أَنْ قَدْ صَدَقَ عَبْدِيفَأَفْرِشُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ
(وَأَلْبِسُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ) وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ
, قَالَ: فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا وَيُفْسَحُ لَهُ فِي
قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ قَالَ وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ حَسَنُ الْوَجْهِ حَسَنُ
الثِّيَابِ طَيِّبُ الرِّيحِ فَيَقُولُ : أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُرُّكَ
هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ , فَيَقُولُ لَهُ : مَنْ أَنْتَ ,
فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالْخَيْرِ, فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ
الصَّالِحُ, فَيَقُولُ: رَبِّ أَقِمِ السَّاعَةَ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَى
أَهْلِي وَمَالِي
Kemudian dua malaikat mendatanginya dan
mendudukannya, lalu keduanya bertanya, “Siapakah Rabbmu ?” Dia (si
mayyit) menjawab, “Rabbku adalah Allâh”. Kedua malaikat itu bertanya,
“Apa agamamu?”Dia menjawab: “Agamaku adalah al-Islam”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?” Dia menjawab, “Beliau utusan Allâh”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah ilmumu?” Dia menjawab, “Aku membaca kitab Allâh, aku mengimaninya dan membenarkannya”.
Lalu seorang penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata)
benar, berilah dia hamparan dari surga, (dan berilah dia pakaian dari
surga), bukakanlah sebuah pintu untuknya ke surga.
Maka datanglah
kepadanya bau dan wangi surga. Dan diluaskan baginya di dalam kuburnya
sejauh mata memandang. Dan datanglah seorang laki-laki berwajah tampan
kepadanya, berpakaian bagus, beraroma wangi, lalu mengatakan,
“Bergembiralah dengan apa yang menyenangkanmu, inilah harimu yang engkau
telah dijanjikan (kebaikan)”. Maka ruh orang Mukmin itu bertanya
kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa
kebaikan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang shalih”. Maka ruh itu
berkata, “Rabbku, tegakkanlah hari kiamat, sehingga aku akan kembali
kepada istriku dan hartaku”.
Pertanyaan ini juga dilontarkan kepada orang kafir, sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولَانِ لَهُ : مَنْ رَبُّكَ؟
فَيَقُولُ : هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ لَهُ: مَا دِينُكَ ؟
فَيَقُولُ : هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ لَهُ مَا هَذَا
الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ ؟ فَيَقُولُ: هَاهْ هَاهْ لَا أَدْرِي
فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ أَنْ كَذَبَ فَافْرِشُوا لَهُ مِنَ
النَّارِ وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ فَيَأْتِيهِ مِنْ
حَرِّهَا وَسَمُومِهَا وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ
فِيهِ أَضْلَاعُهُ وَيَأْتِيهِ رَجُلٌ قَبِيحُ الْوَجْهِ قَبِيحُ
الثِّيَابِ مُنْتِنُ الرِّيحِ فَيَقُولُ: أَبْشِرْ بِالَّذِي يَسُوءُكَ
هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوعَدُ, فَيَقُولُ: مَنْ أَنْتَ فَوَجْهُكَ
الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالشَّرِّ فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيثُ
فَيَقُولُ رَبِّ لَا تُقِمِ السَّاعَةَ
Kemudian ruhnya
dikembalikan di dalam jasadnya. Dan dua malaikat mendatanginya dan
mendudukannya. Kedua malaikat itu bertanya, “Sipakah Rabbmu?” Dia
menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah agamamu?” Dia menjawab, “Hah, hah, aku tidak tahu”.
Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?”Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu”.
Lalu penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata) dusta,
berilah dia hamparan dari neraka, dan bukakanlah sebuah pintu untuknya
ke neraka." Maka panas neraka dan asapnya datang mendatanginya. Dan
kuburnya disempitkan, sehingga tulang-tulang rusuknya berhimpitan.
Dan datanglah seorang laki-laki berwajah buruk kepadanya, berpakaian
buruk, beraroma busuk, lalu mengatakan, “Terimalah kabar yang
menyusahkanmu ! Inilah harimu yang telah dijanjikan (keburukan)
kepadamu”. Maka ruh orang kafir itu bertanya kepadanya, “Siapakah
engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan?” Dia menjawab, “Aku
adalah amalmu yang buruk”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, janganlah
Engkau tegakkan hari kiamat”. [Lihat Shahîhul Jâmi’ no: 1672]
Dari hadits yang telah dikemukakan di atas menunjukkan bahwa pertanyaan
dalam kubur berlaku untuk umum, baik orang Mukmin maupun kafir.
ADZAB DAN NIKMAT KUBUR
Banyak sekali hadits yang menjelaskan keberadaan adzab dan nikmat
kubur. Hal ini telah disepakati oleh Ahlus Sunnah wal Jamâ’ah. Imam Ibnu
Abil ‘Izzi rahimahullah , penulis kitab al-Aqîdah ath-Thahâwiyah,
berkata, “Telah mutawatir hadits-hadits dari Rasûlullâh tentang
keberadaan adzab dan nikmat kubur bagi orang yang berhak mendapatkannya;
Demikian juga pertanyaan dua malaikat. Oleh karena itu, wajib meyakini
dan mengimani kepastian ini. Dan kita tidak membicarakan bagaimana
caranya, karena akal tidak memahami bagaimana caranya, karena keadaan
itu tidak dikenal di dunia ini. Syari’at tidaklah datang membawa perkara
yang mustahil bagi akal, tetapi terkadang membawa perkara yang
membingungkan akal. Karena kembalinya ruh ke jasad (di alam kubur)
tidaklah dengan cara yang diketahui di dunia, namun ruh dikembalikan ke
jasad dengan cara yang berlainan dengan yang ada di dunia.” [Kitab
Syarah al-Aqîdah ath-Thahâwiyah, hlm.450; al-Minhah al-Ilâhiyah fii
Tahdzîb Syarh ath-Thahâwiyah, hlm. 238]
Kalangan atheis dan
orang-orang Islam yang mengikuti pendapat para filosof mengingkari
adanya adzab kubur. Mereka beralasan bahwa setelah membongkar kubur,
mereka tidak melihat sama sekali apa yang diberitakan oleh nash-nash
syariat. Mereka semua tidak mempercayai apa yang di luar jangkauan ilmu
mereka. Mereka mengira bahwa penglihatan mereka dapat melihat segala
sesuatu dan pendengaran mereka dapat mendengar segala sesuatu, padahal
kita saat ini telah mengetahui beberapa rahasia alam yang oleh
penglihatan dan pendengaran kita tidak dapat menangkapnya.
Adapun orang-orang yang beriman kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan membenarkan berita-Nya.
Di dalam al-Qur’ân terdapat isyarat-isyarat yang menunjukkan adanya
adzab kubur. Antara lain adalah Firman Allâh Azza wa Jalla tentang
Fir’aun dan kaumnya :
وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ
﴿٤٥﴾ النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا ۖ وَيَوْمَ
تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh adzab yang amat buruk. Kepada
mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya
kiamat. (dikatakan kepada malaikat), "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya
ke dalam adzab yang sangat keras". [al-Mukmin/40: 45-46]
Imam
Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini, “Fir'aun beserta
kaumnya dikepung oleh adzab yang amat buruk”, yaitu tenggelam di lautan,
kemudian pindah ke neraka Jahim. "Kepada mereka dinampakkan neraka pada
pagi dan petang”, sesungguhnya ruh-ruh mereka dihadapkan ke neraka pada
waktu pagi dan petang sampai hari kiamat. Jika hari kiamat telah
terjadi ruh dan jasad mereka berkumpul di neraka. Oleh karena inilah
Allâh Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), “dan pada hari terjadinya
kiamat. (dikatakan kepada malaikat), "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke
dalam adzab yang sangat keras", yaitu kepedihannya lebih dahsyat dan
siksanya lebih besar. Dan ayat ini merupakan fondasi yang besar dalam
pengambilan dalil Ahlus Sunnah terhadap adanya siksaan barzakh di dalam
kubur, yaitu firmanNya ‘Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan
petang’. [Tafsir surat al-Mukmin/40: 45-46]
Imam al-Qurthubi t
mengatakan, “Mayoritas Ulama menyatakan bahwa penampakan nereka itu
terjadi di barzakh, dan itu merupakan dalil penetapan adanya siksa
kubur”. [Fathul Bâri 11/233]
SEBAB-SEBAB SIKSA KUBUR[1]
Sebab-sebab yang menjadikan seseorang mendapatkan siksa kubur ada dua
bagian, mujmal (global) dan mufash-shal (rinci). Sebabnya secara mujmal
(global), yaitu kebodohan terhadap Allâh Azza wa Jalla , menyia-nyiakan
perintah-Nya, dan menerjang larangan-Nya. Sedangkan sebabnya secara
mufash-shal (rinci), adalah perkara-perkara yang dijelaskan oleh
nash-nash sebagai sebab siksa kubur.
Di sini akan kami sebutkan di antara sebab mufash-shal sehingga kita bisa menjauhinya:
1. Namimah, yaitu menyampaikan perkataan seseorang kepada orang lain untuk merusak hubungan mereka.
2. Tidak menutupi diri ketika buang hajat.
3. Ghulul, yaitu mengambil harta rampasan perang sebelum dibagi oleh imam.
4. Dusta.
5. Memahami al-Qur’ân namun tidak mengamalkannya.
6. Zina
7. Riba
8. Mayit yang ditangisi keluarganya, jika mayit tersebut tidak melarang sebelumnya.
HAL-HAL YANG MENYELAMATKAN DARI SIKSA KUBUR
Perkara yang akan menyelamatkan seseorang dari adzab kubur adalah orang
yang mempersiapkan diri sebelum menghadapi kematian yang datang
tiba-tiba. Di antara persiapan menghadapi maut adalah segera bertaubat,
menunaikan kewajiban syariat, memperbanyak amal shalih, memperbaiki
akidah, berjihad, berbuat baik pada orang tua, menyambung silaturahim,
dan amal-amal shalih lainnya. Dengan amalan tersebut Allâh Azza wa Jalla
memberinya jalan keluar dari tiap kesulitan dan kesusahan.
Ibnu
Taimiyah rahimahullah berkata dengan mengutip hadits Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu yang diriwayatkan oleh Abu Hâtim dalam shahih-nya,
“Sesungguhnya orang mati dapat mendengar suara langkah kaki orang-orang
yang pergi meninggalkannya. Jika ia seorang Mukmin, maka shalat berada
di dekat kepalanya, puasa berada di sebelah kanannya, zakat disebelah
kirinya, perbuatan baik seperti berkata benar, silaturahim, dan
perbuatan baik kepada manusia berada di dekat kaki. Ia lalu didatangi
(oleh malaikat) dari arah kepalanya, maka shalat berkata, ‘Di arahku
tidak ada jalan masuk.’ Kemudian ia didatangi dari sebelah kanan, maka
puasa berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’ Kemudian ia didatangi
dari sebelah kiri, maka zakat berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan
masuk.’ Kemudian ia didatangi dari arah kedua kakinya, maka perbuatan
baik, seperti berkata benar, silaturahim, dan berbuat baik kepada
manusia, berkata, ‘Di arahku tidak ada jalan masuk.’ Lalu dikatakan
kepadanya, ‘Duduklah.’ Ia pun duduk. Kepadanya ditampakkan bentuk serupa
matahari yang hampir terbenam. Ia ditanya, ‘Siapa lelaki ini yang dulu
bersama kalian? Apa pendapatmu tentangnya?’ Ia menjawab, ‘Tinggalkan
aku, aku ingin shalat.’ Mereka menyahut, ‘Sungguh kamu akan
melakukannya, tetapi jawablah pertanyaan kami.’ Ia berkata, ‘Apa
pertanyaan kalian?’ Mereka menanyakan, ‘Apa pendapatmu tentang lelaki
ini yang dulu bersama kalian? Apa persaksianmu terhadapnya?’ Ia
menjawab, ‘Aku bersaksi bahwa ia adalah utusan Allâh, dan dia membawa
kebenaran dari Allâh.’ Lalu dikatakan kepadanya, ‘Dengan dasar keimanan
itulah kau telah hidup, dan dengan dasar itu kau telah mati, dan dengan
dasar itu pula kau akan dibangkitkan, insya Allâh.’ Kemudian dibukakan
baginya pintu surga, lalu dikatakan kepadanya, ‘Ini tempat tinggalmu di
surga dan segala yang telah Allâh siapkan untukmu.’ Ia bertambah senang
dan gembira. Kemudian dibukakan pintu neraka, dan dikatakan, ‘Itu adalah
tempat tinggalmu dan segala yang telah Allâh siapkan untukmu (jika kau
mendurhakai-Nya).’ Ia bertambah senang dan gembira. Kemudian kuburnya
diluaskan seluas tujuh puluh hasta dan diterangi cahaya, jasadnya
dikembalikan seperti semula, dan ruhnya dijadikan di dalam penciptaan
yang baik, yaitu burung yang bertengger di pohon surga.”
MEMOHON PERLINDUNGAN KEPADA ALLAH DARI FITNAH DAN ADZAB KUBUR
Fitnah (ujian) dan adzab kubur adalah masalah besar, sehingga
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon perlindungan dari hal
itu, baik dalam shalat maupun di luar shalat. Beliau pun sangat
menekankan kepada umatnya untuk memohon perlindungan kepada Allâh dari
segala fitnah dan azab kubur.
ORANG-ORANG YANG TERPELIHARA DARI UJIAN DAN SIKSA KUBUR
Sebagian kaum Mukmin yang melakukan amal-amal besar atau tertimpa
musibah besar akan terjaga dari fitnah atau ujian dan azab kubur,
Diantara mereka :
Pertama : Orang yang mati syahid.
an-Nasâ’i
rahimahullah meriwayatkan dalam Sunan-nya bahwa seorang lelaki bertanya
kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , “Ya Rasûlullâh,
mengapa kaum Mukmin diuji dalam kubur kecuali yang mati syahid?” Beliau
menjawab, “Cukuplah baginya ujian kilatan pedang di atas kepalanya.”
[Dishahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah. Lihat Shahîhul Jâmi’
4/164]
Kedua : Seseorang yang gugur ketika bertugas jaga di jalan Allah
Fadhdhalah ibn Ubaid meriwayatkan dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam , bahwa beliau bersabda, “Setiap orang yang meninggal amalnya
ditutup, kecuali yang meninggal ketika bertugas jaga di jalan Allâh.
Amalnya terus tumbuh sampai hari kiamat dan ia akan aman dari fitnah
kubur.” [HR. Tirmidzi dan Abu Dawud; dishahihkan oleh syaikh al-Albâni
rahimahullah. Lihat Misykâtul Mashâbîh 2/355]
Ketiga : Seseorang yang meninggal hari Jum’at
Dalam hadits Abdullah ibn Amru, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Setiap Muslim yang meninggal pada hari Jum’at akan dijaga
oleh Allah dari fitnah kubur.” [HR. Ahmad dan Tirmidzi; Dinyatakan kuat
oleh syaikh al-Albâni rahimahullah dalam Ahkâmul Janâiz, hlm. 35]
Keempat : Seseorang yang meninggal karena sakit perut
Abdullah bin Yasar Radhiyallahu anhu berkata, “Aku pernah duduk bersama
Sulaiman bin Shard dan Khalid ibn ‘Urafthah. Mereka menceritakan bahwa
ada seorang lelaki yang meninggal karena sakit perut. Keduanya ingin
menyaksikan jenazahnya. Salah satunya mengatakan kepada yang lain,
‘Bukankah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Orang yang
meninggal karena sakit perut tidak akan diadzab di dalam kubur.’ Yang
satunya menjawab, ‘Engkau benar.’ [HR. an-Nasa’i dan Tirmidzi;
dishahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah]
(Sumber: al-Qiyâmah Shugra, hlm. 41-72, karya Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar, dengan beberapa tambahan dari rujukan yang lain)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XV/1433H/2012M. Penerbit
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
Lihat al-Qiyâmah Shughra, hlm. 57
http://almanhaj.or.id/content/3830/slash/0/peristiwa-peristiwa-di-alam-kubur/
0 comments:
Posting Komentar