Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 20 Maret 2014

Setan Tidak Dapat Masuk dalam Rumah yang Disebut Nama Allah


Dengan Nama Allaah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Ini juga di antara kelemahan setan, ia tidak dapat masuk dalam rumah yang pintunya ditutup dengan menyebut nama Allah.
Setan Tidak Dapat Masuk dalam Rumah yang Disebut Nama Allah 

Dengan Nama Allaah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang 

Ini juga di antara kelemahan setan, ia tidak dapat masuk dalam rumah yang pintunya ditutup dengan menyebut nama Allah.

Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ – أَوْ أَمْسَيْتُمْ – فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ ، فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَحُلُّوهُمْ ، وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ ، وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا

“Jika hari mulai gelap tahanlah anak-anak kalian (untuk keluar rumah) karena saat itu setan sedang berkeliaran. Jika telah lewat sebagian malam biarkanlah mereka. Tutuplah pintu-pintu dan ucapkanlah bismillah, karena sesungguhnya setan tidak akan bisa membuka pintu yang tertutup.” (HR. Bukhari no. 5623 dan Muslim no. 2012).
Dalam Fathul Bari disebutkan,

فَإِشَارَة إِلَى أَنَّ الْأَمْر بِالْإِغْلَاقِ لِمَصْلَحَةِ إِبْعَاد الشَّيْطَان عَنْ الِاخْتِلَاط بِالْإِنْسَانِ

“Perintah untuk menutup pintu karena terdapat maslahat agar setan menjauh dari rumah dan tidak bercampur dengan manusia.”

Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan agar selamat dari gangguan setan. Sebab ini yang telah Allah tetapkan supaya seseorang selama dari gangguan tersebut. Setan tidak mampu membuka wadah yang tertutup, begitu pula teko yang tertutup. Setan pun tidak bisa membuka pint, mengganggu anak kecil dan lainnya jika sebab-sebab tadi dilakukan.”
Oleh karenanya dalam hadits Jabir lainnya disebutkan manfaat menyebut nama Allah ketika masuk rumah. Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ لاَ مَبِيتَ لَكُمْ وَلاَ عَشَاءَ. وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ. وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ

“Jika seseorang memasuki rumahnya lantas ia menyebut nama Allah saat memasukinya, begitu pula saat ia makan, maka setan pun berkata (pada teman-temannya), “Kalian tidak ada tempat untuk bermalam dan tidak ada jatah makan.” Ketika ia memasuki rumahnya tanpa menyebut nama Allah ketika memasukinya, setan pun mengatakan (pada teman-temannya), “Saat ini kalian mendapatkan tempat untuk bermalam.” Ketika ia lupa menyebut nama Allah saat makan, maka setan pun berkata, “Kalian mendapat tempat bermalam dan jatah makan malam.” (HR. Muslim no. 2018).
Intinya, Imam Nawawi mengatakan bahwa hadits awal yang kita kaji menunjukkan dorongan untuk mengingat Allah di tempat-tempat yang disebutkan, termasuk tempat lain yang memiliki makna yang sama. Ulama Syafi’iyah sampai-sampai mengatakan dianjurkan untuk menyebut nama Allah dalam setiap urusan yang penting. Begitu pula hendaknya memuji Allah dalam setiap awal urusan yang penting pula berdasarkan hadits yang hasan yang telah masyhur.
Hanya Allah yang memberi taufik.
 
Referensi Utama:
‘Alamul Jin wasy Syaithon, Syaikh Prof. Dr. ‘Umar bin Sulaiman bin ‘Abdullah Al Asyqor, terbitan Darun Nafais, cetakan kelimabelas, tahun 1423 H.

Selesai disusun di siang hari 12 Jumadal Ula 1435 H @ Pesantren Darush Sholihin, Panggang-Gunungkidul.

_______

Penulis : Muhammad Abduh Tuasikal 
Dipublish oleh : Abu Hasan 
Artikel Muslim.Or.Id Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ – أَوْ أَمْسَيْتُمْ – فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ ، فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَحُلُّوهُمْ ، وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ ، وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا
“Jika hari mulai gelap tahanlah anak-anak kalian (untuk keluar rumah) karena saat itu setan sedang berkeliaran. Jika telah lewat sebagian malam biarkanlah mereka. Tutuplah pintu-pintu dan ucapkanlah bismillah, karena sesungguhnya setan tidak akan bisa membuka pintu yang tertutup.” (HR. Bukhari no. 5623 dan Muslim no. 2012).

Dalam Fathul Bari disebutkan,
فَإِشَارَة إِلَى أَنَّ الْأَمْر بِالْإِغْلَاقِ لِمَصْلَحَةِ إِبْعَاد الشَّيْطَان عَنْ الِاخْتِلَاط بِالْإِنْسَانِ

“Perintah untuk menutup pintu karena terdapat maslahat agar setan menjauh dari rumah dan tidak bercampur dengan manusia.”

Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan agar selamat dari gangguan setan. Sebab ini yang telah Allah tetapkan supaya seseorang selama dari gangguan tersebut. Setan tidak mampu membuka wadah yang tertutup, begitu pula teko yang tertutup. Setan pun tidak bisa membuka pint, mengganggu anak kecil dan lainnya jika sebab-sebab tadi dilakukan.”

Oleh karenanya dalam hadits Jabir lainnya disebutkan manfaat menyebut nama Allah ketika masuk rumah. Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ لاَ مَبِيتَ لَكُمْ وَلاَ عَشَاءَ. وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ. وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ

“Jika seseorang memasuki rumahnya lantas ia menyebut nama Allah saat memasukinya, begitu pula saat ia makan, maka setan pun berkata (pada teman-temannya), “Kalian tidak ada tempat untuk bermalam dan tidak ada jatah makan.” Ketika ia memasuki rumahnya tanpa menyebut nama Allah ketika memasukinya, setan pun mengatakan (pada teman-temannya), “Saat ini kalian mendapatkan tempat untuk bermalam.” Ketika ia lupa menyebut nama Allah saat makan, maka setan pun berkata, “Kalian mendapat tempat bermalam dan jatah makan malam.” (HR. Muslim no. 2018).

Intinya, Imam Nawawi mengatakan bahwa hadits awal yang kita kaji menunjukkan dorongan untuk mengingat Allah di tempat-tempat yang disebutkan, termasuk tempat lain yang memiliki makna yang sama. Ulama Syafi’iyah sampai-sampai mengatakan dianjurkan untuk menyebut nama Allah dalam setiap urusan yang penting. Begitu pula hendaknya memuji Allah dalam setiap awal urusan yang penting pula berdasarkan hadits yang hasan yang telah masyhur.

Hanya Allah yang memberi taufik.
Referensi Utama:
‘Alamul Jin wasy Syaithon, Syaikh Prof. Dr. ‘Umar bin Sulaiman bin ‘Abdullah Al Asyqor, terbitan Darun Nafais, cetakan kelimabelas, tahun 1423 H.
Selesai disusun di siang hari 12 Jumadal Ula 1435 H @ Pesantren Darush Sholihin, Panggang-Gunungkidul.
_______
Penulis : Muhammad Abduh Tuasikal
Dipublish oleh : Abu Hasan
Artikel Muslim.Or.Id

Jumat, 18 Oktober 2013

Amalan di bulan Tasyriq

5 Amalan Di Hari Tasyriq

Ada beberapa amalan utama yang bisa diamalkan di hari tasyriq. Di antaranya, kita masih diperintahkan untuk memperbanyak dzikir semisal takbir.

Allah Ta’ala berfirman,

وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ تَعَجَّلَ فِي يَوْمَيْنِ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَنْ تَأَخَّرَ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ لِمَنِ اتَّقَى وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

“Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang.” (QS. Al Baqarah: 203).

Ibnu ‘Umar dan ulama lainnya mengatakan bahwa ayyamul ma’dudat adalah tiga hari tasyriq. Ini menunjukkan adanya perintah berdzikir di hari-hari tasyriq.

Dzikir yang diperintahkan oleh Allah di hari-hari tasyriq ada beberapa macam:

Berdzikir kepada Allah dengan bertakbir muqoyyad yaitu setelah selesai menunaikan shalat wajib. Ini disyariatkan hingga akhir hari tasyriq sebagaimana pendapat mayoritas ulama. Hal ini juga diriwayatkan dari ‘Umar, ‘Ali dan Ibnu Abbas.

Membaca tasmiyah (bismillah) dan takbir ketika menyembelih qurban. Dan waktu menyembelih qurban adalah sampai akhir hari tasyriq (13 Dzulhijah) sebagaimana Imam Syafi’i dan salah satu pendapat dari Imam Ahmad. Namun mayoritas sahabat berpendapat bahwa waktu menyembelih qurban hanya tiga hari yaitu hari Idul Adha dan dua hari tasyriq setelahnya (11 dan 12 Dzulhijah). Pendapat kedua ini adalah pendapat yang masyhur dari Imam Ahmad, juga termasuk pendapat Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan menjadi pendapat kebanyakan ulama.

Berdzikir memuji Allah Ta’ala ketika makan dan minum. Yang disyari’atkan ketika memulai makan dan minum adalah dengan menyebut nama Allah (bismillah) dan mengakhirinya dengan menyebut alhamdulillah.

Berdzikir dengan takbir ketika melempar jumroh di hari tasyriq. Dan amalan ini khusus untuk orang yang berhaji.
Berdzikir pada Allah secara mutlak karena kita dianjurkan memperbanyak dzikir di hari-hari tasyriq. Sebagaimana ‘Umar ketika itu pernah berdzikir di Mina di kemahnya, lalu manusia mendengar. Mereka pun bertakbir dan Mina akhirnya penuh dengan takbir. Allah Ta’ala berfirman,

فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آَبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآَخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ (200) وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (201)

“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu[126], atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka” (QS. Al Baqarah: 200-201)


Dianjurkan Memperbanyak Do’a Sapu Jagad

Dari ayat terakhir yang disebutkan di atas, para ulama salaf menganjurkan membaca do’a “Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina ‘adzaban naar” di hari-hari tasyriq. Sebagaimana hal ini dikatakan oleh ‘Ikrimah dan ‘Atho’.

Do’a sapu jagad ini terkumpul di dalamnya seluruh kebaikan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam paling sering membaca do’a sapu jagad ini. Anas bin Malik mengatakan,

كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً ، وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً ، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Do’a yang paling banyak dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “Allahumma Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina ‘adzaban naar” (Wahai Allah, Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka).” (HR. Bukhari no. 2389 dan Muslim no. 2690)

Di dalam do’a telah terkumpul kebaikan di dunia dan akhirat.

Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Kebaikan di dunia adalah ilmu dan ibadah. Kebaikan di akhirat adalah surga.” Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Kebaikan di dunia adalah ilmu dan rizki yang thoyib. Sedangkan kebaikan di akhirat adalah surga.”

Dan do’a juga termasuk dzikir, bahkan do’a termasuk dzikir yang paling utama.

Diriwayatkan dari Al Jashshosh, dari Kinanah Al Qurosy, dia mendengar Abu Musa Al Asy’ariy berkata ketika berkhutbah di hari An Nahr (Idul Adha), “Tiga hari setelah hari An Nahr (yaitu hari-hari tasyriq), itulah yang disebut oleh Allah dengan ayyam ma’dudat (hari yang terbilang). Do’a pada hari tersebut tidak akan tertolak (pasti terkabul), maka segeralah berdo’a dengan berharap pada-Nya.” (Lihat Latho-if Al Ma’arif, 505-506).

Demikian sajian Muslim.Or.Id di hari tasyriq ini. Moga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi taufik.

@ Pesantren Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 11 Dzulhijjah 1434 H
Penulis: Muhammad Abduh Tausikal
Artikel Muslim.Or.Id

Dari artikel '5 Amalan Di Hari Tasyriq — Muslim.Or.Id'

Sabtu, 29 Juni 2013

PELAJARAN KENYANG DARI KHALIFAH UMAR BIN ABDULAZIZ


( HIKMAH ) PELAJARAN KENYANG DARI KHALIFAH UMAR BIN ABDULAZIZ - "Jika aku memanggilmu untuk menghadirkan makanan, maka kamu jangan segera menyuguhkannya!" perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz kepada juru masak di istananya. Benar, rencana pun berjalan dengan lancar. Keluarga Bani Marwan berkumpul di sana hingga hari telah menjelang siang. Khalifah tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak terbiasa menahan lapar. Raut-raut kegelisahan mulai mewarnai satu persatu wajah-wajah para bangsawan itu. Kemudian juru masak itu keluar melewati mereka. Umar bin Abdul Aziz pun segera berseru memanggilnya, "Cepat, hadirkan hidangannya!"

Juru masak itu paham apa maksud sang khalifah. Ia berlama-lama di dapur. Hidangan yang telah dibuatnya tak segera dikeluarkan. Melihat makanan tak kunjung juga dihidangkan, Khalifah Umar bin Abdul Aziz bertanya pada wajah-wajah yang telah dililit rasa lapar itu, "Apakah kalian semua terbiasa makan tepung dan kurma?"

Tak ada pilihan lain bagi mereka untuk menahan rasa lapar selain mengiyakan tawaran Khalifah untuk memakan tepung dan kurma. Tepung dan kurma dihadirkan dan mereka memakan dengan lahap makanan yang tak biasa mereka makan lantaran lapar.

Setelah mereka selesai memakan tepung dan kurma, datanglah juru masak membawa hidangan yang lezat. Namun mereka diam tak mau mengambilnya. Melihat hal itu, Khalifah Umar bin Abdul Aziz bertanya pada mereka, "Kenapa kalian tak mau memakannya?"

"Wahai Amirul Mukminin, kami sudah tak sanggup lagi memakannya," jawab mereka.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkali-kali mempersilahkan mereka untuk memakan hidangan yang baru saja disuguhkan, namun mereka tetap enggan untuk memakannya karena kenyang dengan tepung dan kurma.

"Celaka kalian, hai Bani Marwan! Lalu dengan apa kalian nanti makan di neraka?" kata Khalifah Umar bin Abdul Aziz memberi pelajaran berharga pada mereka. Semua yang hadir menangis mendengar ungkapan sederhana Umar bin Abdul Aziz itu.

Barangkali di dunia kita masih bisa memilih-milih apa yang kita suka untuk memuaskan nafsu perut kita. Semua ada, namun sayangnya perut ini terlalu lemah untuk qana’ah, kecuali jika memang dididik oleh pemiliknya. Urusan perut merupakan salah satu sumber bencana besar di dunia.

Seseorang nekat mencuri untuk urusan perut. Seorang pejabat rela mendhalimi rakyatnya dengan melakukan korupsi dan sejenisnya gara-gara ingin memuaskan urusan perutnya. Dua orang bersaudara harus saling baku hantam disebabkan mereka memperebutkan urusan perut yang kadang tak seberapa jumlah nominalnya.

Karena itulah Khalifah Umar bin Abdul Aziz ingin mendidik perut-perut bangsawan yang terbiasa menikmati kemewahan. Sesekali mereka harus diajak untuk merasakan apa yang tak biasa mereka rasakan. Suatu saat mereka harus merasakan derita lapar agar tak mudah mengambil dengan paksa harta yang dimiliki oleh rakyat miskin. Mereka juga harus dididik merasakan santapan sederhana, agar tak mudah memaksa rakyat kecil dengan pungutan-pungutan haram. Agar mereka tahu, rakyat kecil itu untuk makan saja susah, apalagi jika mereka dibebani beban-beban yang mendhalimi mereka. Agar hati-hati yang mati karena kemewahan itu kembali hidup dan memiliki respect yang tajam akan apa yang terjadi pada rakyat dan apa yang diinginkan mereka selama ini.

Seorang pemimpin sejati adalah seorang pemimpin yang bisa mendengar suara hati rakyatnya lalu memperjuangkannya. Dan dalam kisah di atas telah membuktikan bahwa Khalifah Umar bin Abdul Aziz lebih merasakan apa yang dirasakan oleh rakyat daripada saudara-saudaranya dari keluarga Bani Marwan. Setidaknya keluarga Bani Marwan menyadari kenapa kebijakan-kebijakannya selama ini terbaca berat sebelah. Khalifah Umar bin Abdul Aziz lebih memberatkan urusan rakyatnya daripada perut keluarganya.


Sumber: https://www.facebook.com/pages/Yusuf-Mansur-Network/109056501839

Postingan Lama Beranda