KEUTAMAAN PUASA ARAFAH
Kategori: Bahasan Utama, Fiqh dan Muamalah
2 Komentar // 11 Oktober 2013
Salah satu amalan utama di awal Dzulhijjah adalah puasa Arafah, pada
tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa ini memiliki keutamaan yang semestinya
tidak ditinggalkan seorang muslim pun. Puasa ini dilaksanakan bagi kaum
muslimin yang tidak melaksanakan ibadah haji.
Dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ
السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ
عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى
قَبْلَهُ
“Puasa Arofah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa
setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram)
akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim no. 1162)
Imam Nawawi dalam Al Majmu’ (6: 428) berkata, “Adapun hukum puasa
Arafah menurut Imam Syafi’i dan ulama Syafi’iyah: disunnahkan puasa
Arafah bagi yang tidak berwukuf di Arafah. Adapun orang yang sedang
berhaji dan saat itu berada di Arafah, menurut Imam Syafi’ secara
ringkas dan ini juga menurut ulama Syafi’iyah bahwa disunnahkan bagi
mereka untuk tidak berpuasa karena adanya hadits dari Ummul Fadhl.”
Ibnu Muflih dalam Al Furu’ -yang merupakan kitab Hanabilah- (3: 108)
mengatakan, “Disunnahkan melaksanakan puasa pada 10 hari pertama
Dzulhijjah, lebih-lebih lagi puasa pada hari kesembilan, yaitu hari
Arafah. Demikian disepakati oleh para ulama.”
Adapun orang yang berhaji tidak disunnahkan untuk melaksanakan puasa Arafah.
عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ بِنْتِ الْحَارِثِ أَنَّ نَاسًا تَمَارَوْا
عِنْدَهَا يَوْمَ عَرَفَةَ فِي صَوْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ صَائِمٌ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَيْسَ
بِصَائِمٍ فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِقَدَحِ لَبَنٍ وَهُوَ وَاقِفٌ عَلَى
بَعِيرِهِ فَشَرِبَهُ
“Dari Ummul Fadhl binti Al Harits, bahwa
orang-orang berbantahan di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian mereka mengatakan, ‘Beliau
berpuasa.’ Sebagian lainnya mengatakan, ‘Beliau tidak berpuasa.’ Maka
Ummul Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau, ketika beliau
sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya.” (HR.
Bukhari no. 1988 dan Muslim no. 1123).
عَنْ مَيْمُونَةَ – رضى
الله عنها – أَنَّ النَّاسَ شَكُّوا فِى صِيَامِ النَّبِىِّ – صلى الله
عليه وسلم – يَوْمَ عَرَفَةَ ، فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِحِلاَبٍ وَهْوَ
وَاقِفٌ فِى الْمَوْقِفِ ، فَشَرِبَ مِنْهُ ، وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ
“Dari Maimunah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa orang-orang saling
berdebat apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa pada hari
Arafah. Lalu Maimunah mengirimkan pada beliau satu wadah (berisi susu)
dan beliau dalam keadaan berdiri (wukuf), lantas beliau minum dan
orang-orang pun menyaksikannya.” (HR. Bukhari no. 1989 dan Muslim no.
1124).
Mengenai pengampunan dosa dari puasa Arafah, para ulama
berselisih pendapat. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah dosa
kecil. Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Jika bukan dosa kecil yang
diampuni, moga dosa besar yang diperingan. Jika tidak, moga ditinggikan
derajat.” (Syarh Shahih Muslim, 8: 51) Sedangkan jika melihat dari
penjelasan Ibnu Taimiyah rahimahullah, bukan hanya dosa kecil yang
diampuni, dosa besar bisa terampuni karena hadits di atas sifatnya umum.
(Lihat Majmu’ Al Fatawa, 7: 498-500).
Setelah kita mengetahui
hal ini, tinggal yang penting prakteknya. Juga jika risalah sederhana
ini bisa disampaikan pada keluarga dan saudara kita yang lain, itu lebih
baik. Biar kita dapat pahala, juga dapat pahala karena telah mengajak
orang lain berbuat baik. “Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi
petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari
unta merah (harta amat berharga di masa silam, pen).” (Muttafaqun
‘alaih). “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan
mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR.
Muslim).
Semoga Allah beri hidayah pada kita untuk terus beramal sholih.
Catatan: Puasa Arafah tahun ini (2013), jatuh pada hari Senin, 14 Oktober 2013
—
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Sumber: http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/keutamaan-puasa-arafah.html
Posted in: Puasa
0 comments:
Posting Komentar